Sabtu, 23 April 2011

LIPUTAN MADING edisi VIII-E 2011

POJOK REDAKSI

Hai, Guy’s…
Dalam kesempatan kali ini, kita dari kelas VIII E akan mengisi Mading SMP 1 Wadaslintang dengan tema “KEBUDAYAAN”. Dalam tema ini kita akan membahas tentang budaya-budaya Indonesia yang makin tersingkir akibat kurangnya kesadaran anak bangsa. Kita juga akan membahas tentang kekayaan dan keaneka ragaman budaya Indonesia. Nah, dalam tema ini, kita akan menghadirkan sorot, jendela dunia, puisi, cerpen, dan lainnya.
Eh ya, nggak lupa juga buat kakak-kakak kelas IX yang sedang menghadapi Ujian Nasional, semoga bisa sukses dan lulus dengan hasil yang memuaskan. Amiiinn…..
Temen-temen semua, demikian yang dapat kita sampaikan. Selamat membaca dan semoga bermanfaat bagi kita semua.
Thanks….










By : Cagh Wholue_Ech Community


TIPS n TRIK
Melestarikan Budaya Indonesia

                Kadang kita sering bingung untuk mencari cara melestarikan budaya Indonesia. Nah, daripada bingung, kita mulai aja dari cara-cara yang paling simple, yakni :
1  Mau mengenal dan mempelajari budayaIndonesia
                           Kita harus mau mempraktekkan dan mengembangkan budaya Indonesia walaupun masih belajar. Apa salahnya kalau kita mendalaminya perlahan-lahan.

2.    Merasa bangga akan kekayaan budaya Indonesia
Kita harus bangga mempunyai aneka ragam budaya. Jangan malu  memakai baju batik, jangan malu memakai kebaya, hafal lagu-lagu wajib dan daerah tentunya. Tidak malu belajar wayang  golek, tidak malu belajar wayang kulit, tidak malu belajar macapat dan masih banyak lagi. Tentunya dengan kesadaran dan kerjasama seluruh bangsa Indonesia.


3.   Ikuti acara-acara kebudayaan
Ikut mengembangkan budaya Indonesia,syukur-syukur bisa ikut berpartisipasi di dalamnya. 

4. Cintai budaya Indonesia
     Jadikan budaya Indonesia sebagai unsur kehidupan kita sehari-hari, menggunakan bahasa daerah (pada waktu yang tepat), dan turut mempelajari kebudayaan Indonesia dan mendokumentasikannya
 5.     Cintai produk Indonesia.
        Sebenarnya negara kita tidak kalah saing lho, dengan negara-negara lain. Negara kita berhasil mengeksport banyak barang dan lainnya ke negara-negara maju. Berarti, Indonesia tidak kalah saing, kan ? Lalu, apa salahnya jika kita memakai produk “Made in Indonesia” ?
           
            Yaps, demikian yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat bagi kita semua.
Terima kasih….

CERPEN
 
Gamelan Persahabatan

          “Tok…tok…tok…” suara ketukan pintu kamarku membangunkanku di pagi itu. Di hari pertamaku menjalani kehidupan baruku di Semarang. Memang, hari ini adalah hari pertamaku bersekolah. Aku anak baru di sini. Dulu, aku tinggal di Jakarta, namun karena ayahku di tugas alihkan, kami sekeluarga pun harus pindah.
          Setelah bangun, aku pun bergegas mandi dan bersiap berangkat sekolah. “Selamat pagi, nak” sapa seorang wanita yang tak lain adalah ibuku. “Pagi juga,bu” balasku kepadanya. Ibu menyuruh kami untuk segera sarapan. Tepat pukul 06.45 WIB aku, papa, dan Yudha adikku yang baru kelas VI SD berangkat bersama. Akupun berpamitan dengan ibu, senyum yang indah itu memberi semangat lebih untukku pagi itu.
          Hanya butuh waktu 15 menit untuk sampai di sekolah baruku itu. Sesampainya di depan sekolah aku berpamitan dengan ayah. “Semoga hari ini menjadi hari yang berkesan untukmu” itulah kata-kata yang terucap dari mulut ayahku. Aku berdiri, sambil melambaikan tangan hingga akhirnya mobil itupun berlalu pergi.
          Aneh rasanya pertama memasuki area sekolah. Beberapa mata menatapku dengan tajam, namun tak ku hiraukan. Bel tanda masuk berbunyi, bersama seorang guru yang akan mengajar di kelasku nanti aku masuk kelas. “Anak-anak, hari ini kita mendapatkan seorang teman baru, sekarang, silahkan memeperkenalkan diri!”. Guru itu mempersilahkanku untuk memperkenalkan diri. Dengan tenang aku memperkenalkan diri di depan kelas, “Namaku Livia Dewi, panggil aja Livi. Aku pindahan dari Jakarta” mungkin cuma kata-kata itu yang terucap dari bibirku  saat perkenalan. Kemudian guru itu menyuruhku duduk di samping seorang gadis.
          “Hai, namaku Nisa, selamat datang ya…” sapanya ramah kepadaku. “Hai juga, aku Livia” balasku sambil tersenyum kepadanya. Senang rasanya bertemu orang ramah sepertinya di hari pertama itu. Saat istirahat Nisa mengajakku berkeliling sekolah. Tak terasa sudah pukul 13.00 WIB, waktunya pulang. Hari itu berlalu dengan cepat.
          Tak terasa sudah seminggu aku bersekolah disini. Sampai suatu hari tak sengaja aku bertemu Nisa di halaman sekolah. Kami pun menuju kelas bersama. Tak sengaja kami berpapasan dengan 2 orang siswa, dan tiba-tiba siswa itu menghentikan langkah kami dan langsung mengejek Nisa dengan sebutan anak kampung, dan sebutan lain yang menyakitkan hati. Aku yang kesal pada mereka langsung mengajak Nisa pergi. Tak tahan aku mendengar ucapan mereka.
          Bel tanda masuk berbunyi, kami pun masuk dan memulai pelajaran. Aku beruntung bisa sebangku dengan Nisa. Menurutku dia seorang yang sederhana, lembut dan pintar. Saat itu aku menanyakan sesuatu kepada Nisa “Nis, mereka kok tiba-tiba ngejek kamu kaya gitu sih?”. Dengan tenang Nisa menjawab “Oh…mereka, udah biarin aja, ntar juga bosen sendiri”. Bel pulang pun berbunyi. Seperti biasa siswa-siswa dengan cepat berhamburan kelas tak terkecuali aku dan Nisa.
          Siang itu, aku berencana akan pergi ke rumah Nisa, untuk meminjam beberapa buku. Kami menaikki sebuah angkot biru dan berhenti di sebuah gang kecil dan melanjutkannya dengan berjalan kaki sekitar 15 menit. Begitulah yang di lakukan Nisa setiap hari untuk menggapai cita-cita.
         
          Kami pun berhenti di sebuah rumah joglo sederhana. Tampak seorang wanita menyuruh kami masuk dengan ramah. Tampak pula seorang bocah yang menyapa Nisa dengan bahasa Jawa. Aku yang memang tak mengerti bahasa Jawa hanya tertegun melihat mereka.
          Baru berapa menit aku masuk terdengar alunan musik yang indah. Akupun bertanya, “Nis, kalau boleh tau, itu suara apa ya…?”, “Oh…itu suara gamelan, kamu mau liat?” jawabnya dengan ramah. “Boleh, boleh…” jawabku tanpa  basa-basi mengiyakan kesempatan itu.
          Ternyata aku datang di saat yang tepat, di saat sekelompok orang sedang melakukan latihan. Semakin tertarik hatiku ketika melihat mereka memainkan alat musik itu. Tangan-tangan yang sudah tua itu dengan lincahnya memukuli kepingan besi. Terdengar pula nyanyian-nyanyian Jawa yang merdu.
          Untungnya masih ada sekelompok masyarakat yang peduli dengan budaya Indonesia. Di zaman modern ini anak muda sudah kurang peduli. Padahal, remajalah yang berperan penting dalam kelestarian budaya kita ini. Sedih rasanya melihat budaya-budaya kita semakin tersingkir.
          Matahari semakin condong ke barat membuatku menghentikan kunjunganku ke rumah Nisa. Supir yang menjemputku sudah menunggu, segera aku berpamitan pulang.
          Sampai dirumah, Yudha sudah mulai berulah. Dia menarik-narik tasku, aku kecapaian kesal sekali dengan ulahnya. Ku tinggalkan dia dan langsung masuk kamar.
          Hari-hari kulalui dengan cepat. Di sekolah kedua siswa yang selalu mengejek Nisa tak bosan-bosan untuk mengejeknya. Namun, dengan sabar Nisa hanya membiarkannya dan berlalu pergi. Mereka selalu menganggap Nisa seorang yang rendah.
          Sampai suatu hari peristiwa itu terjadi. Saat pulang sekolah, Nia, dan Lia, siswa yang selalu mengejek Nisa jatuh saat mengendarai sepeda motor. Aku dan Nisa yang melihat peristiwa itu langsung menolongnya dan membawa mereka ke rumah sakit. Kami menelfon orang tua mereka. Untung dokter segera menangani mereka, sehingga mereka tidak mendapat luka yang serius.
          Sejak kejadian itu Nia dan Lia mulai bersahabat dengan kami. Kami berempat sering pergi ke rumah Nisa. Ternyata mereka berdua juga mempunyai ketertarikan yang sama terhadap musik tradisional Jawa itu. Kamipun meminta seorang warga untuk mengajari kami. Kami membentuk sekelompok group musik bersama anak-anak muda di desa itu.
          Tak sia-sia usaha kami berlatih, kamipun bisa membawakan beberapa lagu. Hingga akhirnya kami di undang ke sebuah acara untuk menghibur. Syukur penampilan kami cukup bisa menghibur mereka. Rasanya jiwa ini sudah bersatu dengan kesenian ini. Kamipun semakin akrab dengan warga desa ini.
          Aku dan Nisa yang dulunya kurang bersahabat dengan Nia dan Lia, sekarang malah menjadi sahabat yag tak terpisahkan. Apalagi dengan adanya kelompok seni itu, ikatan batin antara kami makin kuat. Kamipun selalu bersama. Terimakasih, Tuhan, telah memberiku teman-teman yang baik, yang selalu ada untukku.    
                                                                                    By : Alifah Syafriyani8e


SOROT

Yang Terlupakan
By : Wenny Dian Afianti8e




                                                Sadarkah kalian, jika sebagian besar dari kita telah melupakan budaya Indonesia? Tanpa kita sadari, kita telah terjajah oleh budaya Barat, dan hampir tak lagi mengenal budaya Timur. Mengapa? Bagaimana tidak, coba bayangkan, sebagian dari kita lebih cinta kepada musik-musik Barat daripada musik-musik dari Indonesia. Lebih hafal lagu-lagu Barat daripada lagu-lagu kebangsaan dan lagu lain dari Indonesia.
                Keadaan ini sungguh memprihatinkan. Kini banyak budaya-budaya Indonesia yang direbut negara tetengga. Tapi anehnya, mengapa sebagian dari kita hanya diam saja? Bahkan mungkin lebih rela budayanya hilang daripada lagu dari band-band mancanegara kesukaannya harus dihilangakan. Runtuhnya negara ini ternyata bukan karena negara lain, melainkan dari kita sendiri. Budaya-budaya kita tak mungkin di “klaim” oleh negara lain apabila kita menjaganya.
                Sekarang, banyak negara lain yang mengaku-aku budaya kita seperti Malaysia. Negara yang mendapat julukan Negeri Jiran itu telah banyak mengklaim budaya-budaya Indonesia. Namun, jangan langsung menyalahkan dan protes terhadap Malaysia. Koreksi dulu diri sendiri, salahkan dulu diri sendiri. Itu tidak mungkin terjadi apabila kita benar-benar merawat dan melestarikan budaya kita. Kita tidak mungkin dijajah apabila kita teguh.
                Sebagai generasi penerus, seharusnya kita melestarikan budaya Indonesia, bukan malah menyingkirkannya. Kini budaya kita terlantar akibat perbuatan kita sendiri. Kurangnya kesadaran kita membuat  negara ini makin memprihatinkan. Mulai sekarang, cobalah untuk mengembalikan jati diri bangsa. Kita boleh menyukai budaya, lagu, dan apapun dari negara lain. Namun, jangan sampai lupa dengan negara sendiri. Jangan mengaku orang Indonesia apabila tidak mengenal budaya Indonesia. Indonesia adalah negara kita, tanah air kita, tumpah darah kita. Jangan sampai Indonesia dijajah lagi hanya karena kurangnya kesadaran dari warganya sendiri. Mulai sekarang, cobalah untuk melestarikan budaya Indonesia dan mencoba untuk SADAR…

 JENDELA DUNIA
 
Tari Cokek
        
 



                                                Tari Cokek merupakan salah satu nama tarian yang berasal dari Betawi. Tari Cokek sudah ada sejak dulu, yaitu sejak abad ke-19. Waktu itu, negara kita masih dijajah oleh Belanda. Tarian ini dipengaruhi oleh budaya Cina. Mulanya, tarian ini dipertunjukkan di rumah-rumah orang Cina untuk menghibur pembesar Belanda.
          Tari Cokek sekarang sudah menjadi tarian pemuda dan pemudi dari Betawi. Tarian ini sering ditampilkan pada acara perayaan atau persmian sesuatu. Penari utama dari tarian ini adalah wanita. Sedangkan penari pria sebagai pasangannya. Dulu penari Cokek mengenakan baju kurung dan celana dari sutra, lalu dilengkapi selendang yang diselempangkan di dada. Kalau sekarang, penari wanita memakai kain dan kebaya, serta selendang di dada. Penarinya juga merangkap sebagai penyanyi. Lagu yang sering dinyanyikan adalah Kicir-kicir dan Jali-jali.

         
Ciri Khas Tarian Nusantara

            Setiap daerah di Indonesia pasti memiliki jenis tarian yang berbeda-beda. Dan dari sekian banyak tarian Nusantara, mempunyai ciri khas yang berbeda-beda. Berikut ciri khas tarian di berbagai daerah, yaitu :

1.   Indonesia bagian Timur (Papua, Maluku, Sumbawa, Flores)
            Ragam gerak tariannya sangat ekspresif, banyak menggunakan gerak-gerak maknawi. Penyajiannya dilakukan secara kolektif, cenderung membentuk formasi gerak melingkar, berbanjar, dengan tumpuan dan loncatan kaki yang terkesan kuat.

2.   Sulawesi
Peragaan gerak tari dilakukan oleh penari perempuan. Jarang tarian yang diperagakan secara berpasangan. Gerakannya indah, lemah gemulai, dan bermakna. Iringannya jeras dan tegas, pola lantai yang sederhana namun bermakna.

3.   a. Kalimantan Timur
Peragaan geraknya variatif, lincah, semangat, tegas, dan dilakukan berpasangan.
b. Kalimantan Tengah
Peragaan dinamis imitatif, yang bermakna permohonan, perlindungan, dan harapan.
c. Kalimantan Barat
Geraknya terkesan spontanitas yang ekspresif, kontinu, dan tiba-tiba menghentak disertai lengkingan.
d. Kalimantan Selatan
Gerak penari laki-laki cepat, kakinya banyak menggunakan gerakan loncatan, gerak penari putri adegan getaran pada bahu, badan sering memutar, lincah, cepat dan energik.

4.   Sumatra
a. NAD
Peragaannya lincah, luwes dan ringan. Tampak adanya kelompokkan disertai tepuk tangan.
b. Sumatra Barat
Gerak diperagakan sangat maknawi, sederhana tapi mendalam, sarat dengan gerakan tangan dan jari membuka, patah-patah menyiku tampah berat tapi kuat, badan turun naik, ke kanan kiri, dan memutar.
c.Sumatra Utara
Ditarikan secara berpasangan, lincah, ringan, dinamis, energik, tangannya melenggang, kakinya tampak meloncat-loncat.
d. Jambi/Riau
Geraknya cepat, lincah, dinamis.
 
5.   Jawa
a. Jawa Timur
Memiliki ragam gerak tegas, berwibawa dengan pandangan mata yang tajam. Gerak tangannya patah-patah, langkah kakinya menapak kuat. Ragam geraknya tampak lincah, sedikit ada gerakan erotis.
b.Jawa Tengah
Mempunyai gaya peragaan yang berbeda antara Surakarta dan Yogyakarta. Ciri khas gerak tari putri dan adanya tolehan, lung sekar, kebyak, ridhong, seblak domenter.
c. Jawa Barat
Gerakan penari putri lincah, energik dan erotik. Gerakan pinggul dan pangkal bahu menjadi daya tarik yang kuat.

Bali
Gerakannya tampak tegas ekspresif, kakinya kuat, jari-jarinya membuka bergetar, bentuk tubuhnya tribangga (tiga lekukan), pandangan matanya meredup, melotot, dan tiba-tiba nyeledet. Tangannya menggunakan lekukan patah menyiku.

        









    Diatas merupakan beberapa ciri khas tarian Nusantara. Ternyata tarian Nusantara mempunyai gerakan yang unik-unik. Untuk itu, sebagai generasi penerus bangsa, kita harus melestarikan budaya asli Indonesia. Okey teman-teman….???


   Flamenco
By : Nur Wahyu Waluyo8e  
            Flamenco merupakan tarian kaum gipsi di Andalusia, Spanyol bagian Selatan. Tarian yang diciptakan pada abad XV ini merupakan perpaduan musik hiburan dan rohani timur (Asia), yang bercampur dengan kebudayaan lokal (tarian dan nyanyian). Kebudayaan lokal di Andalusia sendiri sudah sangat beragam karena di tempat itu tinggal orang Spanyol, Yahudi, Arab, dan Afrika. Ada 3 unsur penting dari Flamenco, yaitu El Cante (lagu), I Baile (tarian), dan La Guitarra (permainan gitar). Walaupun pada awal perkembangannya Flamenco diiringi oleh biola, ketiga unsur ini menjadi kesatuan nyata pada zaman keemasannya di era Cafes Cantantes (musik kafe di pinggir jalan 1869-1910). Pada masa itu para penari melakukan pertunjukan setiap hari dan bersaing untuk mendapatkan tepuk tangan terbanyak.
            Kemudian terjadi evolusi teknik menari. Gerakan utama penari pria adalah gerakan kaki dan para penari wanita menggunakan Bata de Cola (gaun panjang dengan deretan renda bertumpuk). Terkadang penari wanita juga ada yang berdandan dengan bailqore. Para penari pun memiliki julukan tersendiri yang menandakan kekhasannya masing-masing. Beberapa penari terbesar adalah Antonia Merce “LA Agentina” dan Ercanacion Lopez “LA agentinita”. Walaupun pada 1915 Manuel de Falla membuat “El Amor Brujo” yang merupakan cikal bakal balet Flamenco, LA Argentina lah yang menyempurnakan dan membuat versi El Amor Brujo-nya menjadi balet Flamenco yang pertama pada tahun 1935. Sedangkan LA Argentinita meciptakan pertunjukan Flamenco dengan dekorasi cerita rakyat “El Café de Chinilas”. LA Argentina bersama Antonio “El de Bilbao” dan Falco merupakan penari yang membawa Flamenco ke benua Amerika, ketika mereka melakukan tour pada 1916. Mulai masa inilah (1910-1955), nyanyian Flamenco disebut Opera Flamenco,musik-musik ringan seperti Fandagos dan musik yang dipengaruhi oleh budaya Amerika Selatan seperti Cantes de Idey Vuelta.
            Kini Flamenco modern menyuguhkan berbagai jenis musik seperti jazz, salsa, bass nova dan lain-lain. Para bailaera lebih sering menampilkan perasaan mereka dari pada nilai artistik gitar Flamenco pun telah dianggap sebagai jenis pertunjukan seni sendiri.


HUMOR

Orang Jawa dan Orang Medan

By : Wenny Dian Afianti8e
          Suatu pagi di sebuah warung kecil, ada seseorang yang berniat membeli dawet hitam. Penjual dawet hitam itu adalah orang Jawa, sedangkan pembelinya orang Medan.
          Pembeli       : “Bu, saya beli dawetnya satu…”
          Penjual        : “Ngapunten, dawete telas…”
          Pembeli       : “Iya, pake gelas…”
          Penjual        : “Dawete sampun telas, ngapunten…”
          Pembeli       : “Nggak pake santen juga nggak apa-apa…”
          Penjual        : “Walah, njenengan saliwang…!”
          Pembeli       : “Hah? Dawetnya masuk gawang…?”
          Penjual        : “Huh, dasar wong edan…!”
          Pembeli       : “Lho? Kok tau kalo saya orang Medan…?”
          Penjual        : “Dasar wong gemblung….!”
          Pembeli       : “Kok tau kalo saya suka main angklung….?”
          Penjual        : @#$%^&**()!*&^%$#@!???













SKETSA                              


                                            
                                                          






                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar