Dalam kesempatan kali ini, kita dari
kelas VIII E akan mengisi Mading SMP 1 Wadaslintang dengan tema “KEBUDAYAAN”.
Dalam tema ini kita akan membahas tentang budaya-budaya Indonesia yang makin
tersingkir akibat kurangnya kesadaran anak bangsa. Kita juga akan membahas
tentang kekayaan dan keaneka ragaman budaya Indonesia. Nah, dalam tema ini,
kita akan menghadirkan sorot, jendela dunia, puisi, cerpen, dan lainnya.
Eh
ya, nggak lupa juga buat kakak-kakak kelas IX yang sedang menghadapi Ujian
Nasional, semoga bisa sukses dan lulus dengan hasil yang memuaskan. Amiiinn…..
Temen-temen
semua, demikian yang dapat kita sampaikan. Selamat membaca dan semoga
bermanfaat bagi kita semua.
Thanks….
By : Cagh Wholue_Ech
Community
TIPS n TRIK
Melestarikan Budaya
Indonesia
Kadang kita sering bingung untuk mencari cara
melestarikan budaya Indonesia. Nah, daripada bingung, kita mulai aja dari
cara-cara yang paling simple, yakni :
1
Mau mengenal dan mempelajari budayaIndonesia
Kita harus mau mempraktekkan dan mengembangkan budaya
Indonesia walaupun masih belajar. Apa salahnya kalau kita mendalaminya
perlahan-lahan.
2. Merasa
bangga akan kekayaan budaya Indonesia
Kita harus bangga
mempunyai aneka ragam budaya. Jangan malu
memakai baju batik, jangan malu memakai kebaya, hafal lagu-lagu wajib
dan daerah tentunya. Tidak malu belajar wayang
golek, tidak malu belajar wayang kulit, tidak malu belajar macapat dan
masih banyak lagi. Tentunya dengan kesadaran dan kerjasama seluruh bangsa
Indonesia.
Ikut mengembangkan budaya Indonesia,syukur-syukur bisa
ikut berpartisipasi di dalamnya.
4. Cintai budaya Indonesia
Jadikan budaya Indonesia sebagai unsur kehidupan kita
sehari-hari, menggunakan bahasa daerah (pada waktu yang tepat), dan turut
mempelajari kebudayaan Indonesia dan mendokumentasikannya5. Cintai produk Indonesia.
Sebenarnya negara kita tidak kalah saing lho, dengan
negara-negara lain. Negara kita berhasil mengeksport banyak barang dan lainnya
ke negara-negara maju. Berarti, Indonesia tidak kalah saing, kan ? Lalu, apa
salahnya jika kita memakai produk “Made in Indonesia” ?
Yaps,
demikian yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat
bagi kita semua.
Terima kasih….
CERPEN
Gamelan Persahabatan
“Tok…tok…tok…” suara ketukan pintu
kamarku membangunkanku di pagi itu. Di hari pertamaku menjalani kehidupan
baruku di Semarang. Memang, hari ini adalah hari pertamaku bersekolah. Aku anak
baru di sini. Dulu, aku tinggal di Jakarta, namun karena ayahku di tugas
alihkan, kami sekeluarga pun harus pindah.
Setelah bangun, aku pun bergegas mandi
dan bersiap berangkat sekolah. “Selamat pagi, nak” sapa seorang wanita yang tak
lain adalah ibuku. “Pagi juga,bu” balasku kepadanya. Ibu menyuruh kami untuk
segera sarapan. Tepat pukul 06.45 WIB aku, papa, dan Yudha adikku yang baru
kelas VI SD berangkat bersama. Akupun berpamitan dengan ibu, senyum yang indah
itu memberi semangat lebih untukku pagi itu.
Hanya butuh waktu 15 menit untuk
sampai di sekolah baruku itu. Sesampainya di depan sekolah aku berpamitan
dengan ayah. “Semoga hari ini menjadi hari yang berkesan untukmu” itulah
kata-kata yang terucap dari mulut ayahku. Aku berdiri, sambil melambaikan
tangan hingga akhirnya mobil itupun berlalu pergi.
Aneh rasanya pertama memasuki area
sekolah. Beberapa mata menatapku dengan tajam, namun tak ku hiraukan. Bel tanda
masuk berbunyi, bersama seorang guru yang akan mengajar di kelasku nanti aku
masuk kelas. “Anak-anak, hari ini kita mendapatkan seorang teman baru,
sekarang, silahkan memeperkenalkan diri!”. Guru itu mempersilahkanku untuk
memperkenalkan diri. Dengan tenang aku memperkenalkan diri di depan kelas,
“Namaku Livia Dewi, panggil aja Livi. Aku pindahan dari Jakarta” mungkin cuma
kata-kata itu yang terucap dari bibirku
saat perkenalan. Kemudian guru itu menyuruhku duduk di samping seorang
gadis.
“Hai, namaku Nisa, selamat datang ya…”
sapanya ramah kepadaku. “Hai juga, aku Livia” balasku sambil tersenyum
kepadanya. Senang rasanya bertemu orang ramah sepertinya di hari pertama itu.
Saat istirahat Nisa mengajakku berkeliling sekolah. Tak terasa sudah pukul
13.00 WIB, waktunya pulang. Hari itu berlalu dengan cepat.
Tak terasa sudah seminggu aku
bersekolah disini. Sampai suatu hari tak sengaja aku bertemu Nisa di halaman
sekolah. Kami pun menuju kelas bersama. Tak sengaja kami berpapasan dengan 2
orang siswa, dan tiba-tiba siswa itu menghentikan langkah kami dan langsung
mengejek Nisa dengan sebutan anak kampung, dan sebutan lain yang menyakitkan
hati. Aku yang kesal pada mereka langsung mengajak Nisa pergi. Tak tahan aku
mendengar ucapan mereka.
Bel tanda masuk berbunyi, kami pun
masuk dan memulai pelajaran. Aku beruntung bisa sebangku dengan Nisa. Menurutku
dia seorang yang sederhana, lembut dan pintar. Saat itu aku menanyakan sesuatu
kepada Nisa “Nis, mereka kok tiba-tiba ngejek kamu kaya gitu sih?”. Dengan
tenang Nisa menjawab “Oh…mereka, udah biarin aja, ntar juga bosen sendiri”. Bel
pulang pun berbunyi. Seperti biasa siswa-siswa dengan cepat berhamburan kelas
tak terkecuali aku dan Nisa.
Siang itu, aku berencana akan pergi ke
rumah Nisa, untuk meminjam beberapa buku. Kami menaikki sebuah angkot biru dan
berhenti di sebuah gang kecil dan melanjutkannya dengan berjalan kaki sekitar
15 menit. Begitulah yang di lakukan Nisa setiap hari untuk menggapai cita-cita.
Kami pun berhenti di sebuah rumah
joglo sederhana. Tampak seorang wanita menyuruh kami masuk dengan ramah. Tampak
pula seorang bocah yang menyapa Nisa dengan bahasa Jawa. Aku yang memang tak
mengerti bahasa Jawa hanya tertegun melihat mereka.
Baru berapa menit aku masuk terdengar
alunan musik yang indah. Akupun bertanya, “Nis, kalau boleh tau, itu suara apa
ya…?”, “Oh…itu suara gamelan, kamu mau liat?” jawabnya dengan ramah. “Boleh, boleh…”
jawabku tanpa basa-basi mengiyakan
kesempatan itu.
Ternyata aku datang di saat yang
tepat, di saat sekelompok orang sedang melakukan latihan. Semakin tertarik
hatiku ketika melihat mereka memainkan alat musik itu. Tangan-tangan yang sudah
tua itu dengan lincahnya memukuli kepingan besi. Terdengar pula
nyanyian-nyanyian Jawa yang merdu.
Untungnya masih ada sekelompok
masyarakat yang peduli dengan budaya Indonesia. Di zaman modern ini anak muda
sudah kurang peduli. Padahal, remajalah yang berperan penting dalam kelestarian
budaya kita ini. Sedih rasanya melihat budaya-budaya kita semakin tersingkir.
Matahari semakin condong ke barat
membuatku menghentikan kunjunganku ke rumah Nisa. Supir yang menjemputku sudah
menunggu, segera aku berpamitan pulang.
Sampai dirumah, Yudha sudah mulai
berulah. Dia menarik-narik tasku, aku kecapaian kesal sekali dengan ulahnya. Ku
tinggalkan dia dan langsung masuk kamar.
Hari-hari kulalui dengan cepat. Di
sekolah kedua siswa yang selalu mengejek Nisa tak bosan-bosan untuk
mengejeknya. Namun, dengan sabar Nisa hanya membiarkannya dan berlalu pergi.
Mereka selalu menganggap Nisa seorang yang rendah.
Sampai suatu hari peristiwa itu
terjadi. Saat pulang sekolah, Nia, dan Lia, siswa yang selalu mengejek Nisa
jatuh saat mengendarai sepeda motor. Aku dan Nisa yang melihat peristiwa itu
langsung menolongnya dan membawa mereka ke rumah sakit. Kami menelfon orang tua
mereka. Untung dokter segera menangani mereka, sehingga mereka tidak mendapat
luka yang serius.
Sejak
kejadian itu Nia dan Lia mulai bersahabat dengan kami. Kami berempat sering
pergi ke rumah Nisa. Ternyata mereka berdua juga mempunyai ketertarikan yang
sama terhadap musik tradisional Jawa itu. Kamipun meminta seorang warga untuk
mengajari kami. Kami membentuk sekelompok group musik bersama anak-anak muda di
desa itu.
Tak sia-sia usaha kami berlatih,
kamipun bisa membawakan beberapa lagu. Hingga akhirnya kami di undang ke sebuah
acara untuk menghibur. Syukur penampilan kami cukup bisa menghibur mereka.
Rasanya jiwa ini sudah bersatu dengan kesenian ini. Kamipun semakin akrab
dengan warga desa ini.
Aku dan Nisa yang dulunya kurang
bersahabat dengan Nia dan Lia, sekarang malah menjadi sahabat yag tak
terpisahkan. Apalagi dengan adanya kelompok seni itu, ikatan batin antara kami
makin kuat. Kamipun selalu bersama. Terimakasih, Tuhan, telah memberiku
teman-teman yang baik, yang selalu ada untukku.
By : Alifah Syafriyani8e
SOROT
Yang Terlupakan
By : Wenny Dian Afianti8e
Sadarkah kalian, jika
sebagian besar dari kita telah melupakan budaya Indonesia? Tanpa kita sadari,
kita telah terjajah oleh budaya Barat, dan hampir tak lagi mengenal budaya
Timur. Mengapa? Bagaimana tidak, coba bayangkan, sebagian dari kita lebih cinta
kepada musik-musik Barat daripada musik-musik dari Indonesia. Lebih hafal
lagu-lagu Barat daripada lagu-lagu kebangsaan dan lagu lain dari Indonesia.
Keadaan ini sungguh
memprihatinkan. Kini banyak budaya-budaya Indonesia yang direbut negara
tetengga. Tapi anehnya, mengapa sebagian dari kita hanya diam saja? Bahkan
mungkin lebih rela budayanya hilang daripada lagu dari band-band mancanegara
kesukaannya harus dihilangakan. Runtuhnya negara ini ternyata bukan karena
negara lain, melainkan dari kita sendiri. Budaya-budaya kita tak mungkin di
“klaim” oleh negara lain apabila kita menjaganya.
Sekarang, banyak negara lain
yang mengaku-aku budaya kita seperti Malaysia. Negara yang mendapat julukan
Negeri Jiran itu telah banyak mengklaim budaya-budaya Indonesia. Namun, jangan
langsung menyalahkan dan protes terhadap Malaysia. Koreksi dulu diri sendiri,
salahkan dulu diri sendiri. Itu tidak mungkin terjadi apabila kita benar-benar
merawat dan melestarikan budaya kita. Kita tidak mungkin dijajah apabila kita
teguh.
Sebagai generasi penerus, seharusnya kita
melestarikan budaya Indonesia, bukan malah menyingkirkannya. Kini budaya kita
terlantar akibat perbuatan kita sendiri. Kurangnya kesadaran kita membuat negara ini makin memprihatinkan. Mulai
sekarang, cobalah untuk mengembalikan jati diri bangsa. Kita boleh menyukai
budaya, lagu, dan apapun dari negara lain. Namun, jangan sampai lupa dengan
negara sendiri. Jangan mengaku orang Indonesia apabila tidak mengenal budaya
Indonesia. Indonesia adalah negara kita, tanah air kita, tumpah darah kita.
Jangan sampai Indonesia dijajah lagi hanya karena kurangnya kesadaran dari
warganya sendiri. Mulai sekarang, cobalah untuk melestarikan budaya Indonesia
dan mencoba untuk SADAR…
JENDELA DUNIA
Tari Cokek
Tari Cokek merupakan salah satu nama tarian yang
berasal dari Betawi. Tari Cokek sudah ada sejak dulu, yaitu sejak abad ke-19.
Waktu itu, negara kita masih dijajah oleh Belanda. Tarian ini dipengaruhi oleh
budaya Cina. Mulanya, tarian ini dipertunjukkan di rumah-rumah orang Cina untuk
menghibur pembesar Belanda.
Tari Cokek sekarang sudah
menjadi tarian pemuda dan pemudi dari Betawi. Tarian ini sering ditampilkan
pada acara perayaan atau persmian sesuatu. Penari utama dari tarian ini adalah
wanita. Sedangkan penari pria sebagai pasangannya. Dulu penari Cokek mengenakan
baju kurung dan celana dari sutra, lalu dilengkapi selendang yang diselempangkan
di dada. Kalau sekarang, penari wanita memakai kain dan kebaya, serta selendang
di dada. Penarinya juga merangkap sebagai penyanyi. Lagu yang sering
dinyanyikan adalah Kicir-kicir dan Jali-jali.
Ciri Khas Tarian Nusantara
Setiap daerah di Indonesia pasti memiliki jenis tarian
yang berbeda-beda. Dan dari sekian banyak tarian Nusantara, mempunyai ciri khas
yang berbeda-beda. Berikut ciri khas tarian di berbagai daerah, yaitu :
1.
Indonesia bagian Timur (Papua, Maluku, Sumbawa, Flores)
Ragam gerak tariannya sangat ekspresif, banyak
menggunakan gerak-gerak maknawi. Penyajiannya dilakukan secara kolektif,
cenderung membentuk formasi gerak melingkar, berbanjar, dengan tumpuan dan
loncatan kaki yang terkesan kuat.
2.
Sulawesi
Peragaan gerak tari
dilakukan oleh penari perempuan. Jarang tarian yang diperagakan secara
berpasangan. Gerakannya indah, lemah gemulai, dan bermakna. Iringannya jeras
dan tegas, pola lantai yang sederhana namun bermakna.
3.
a. Kalimantan Timur
Peragaan geraknya
variatif, lincah, semangat, tegas, dan dilakukan berpasangan.
b. Kalimantan Tengah
Peragaan dinamis
imitatif, yang bermakna permohonan, perlindungan, dan harapan.
c. Kalimantan Barat
Geraknya terkesan
spontanitas yang ekspresif, kontinu, dan tiba-tiba menghentak disertai
lengkingan.
d. Kalimantan Selatan
Gerak penari
laki-laki cepat, kakinya banyak menggunakan gerakan loncatan, gerak penari
putri adegan getaran pada bahu, badan sering memutar, lincah, cepat dan
energik.
4.
Sumatra
a. NAD
Peragaannya
lincah, luwes dan ringan. Tampak adanya kelompokkan disertai tepuk tangan.
b. Sumatra Barat
Gerak diperagakan
sangat maknawi, sederhana tapi mendalam, sarat dengan gerakan tangan dan jari
membuka, patah-patah menyiku tampah berat tapi kuat, badan turun naik, ke kanan
kiri, dan memutar.
c.Sumatra Utara
Ditarikan secara
berpasangan, lincah, ringan, dinamis, energik, tangannya melenggang, kakinya
tampak meloncat-loncat.
d. Jambi/Riau
Geraknya cepat,
lincah, dinamis.
5.
Jawa
a. Jawa Timur
Memiliki ragam
gerak tegas, berwibawa dengan pandangan mata yang tajam. Gerak tangannya
patah-patah, langkah kakinya menapak kuat. Ragam geraknya tampak lincah,
sedikit ada gerakan erotis.
b.Jawa Tengah
Mempunyai gaya
peragaan yang berbeda antara Surakarta dan Yogyakarta. Ciri khas gerak tari
putri dan adanya tolehan, lung sekar, kebyak, ridhong, seblak domenter.
c. Jawa Barat
Gerakan penari
putri lincah, energik dan erotik. Gerakan pinggul dan pangkal bahu menjadi daya
tarik yang kuat.
Bali
Gerakannya tampak
tegas ekspresif, kakinya kuat, jari-jarinya membuka bergetar, bentuk tubuhnya
tribangga (tiga lekukan), pandangan matanya meredup, melotot, dan tiba-tiba
nyeledet. Tangannya menggunakan lekukan patah menyiku.
Diatas
merupakan beberapa ciri khas tarian Nusantara. Ternyata tarian Nusantara
mempunyai gerakan yang unik-unik. Untuk itu, sebagai generasi penerus bangsa,
kita harus melestarikan budaya asli Indonesia. Okey teman-teman….???
Flamenco
By : Nur Wahyu Waluyo8e
Flamenco merupakan
tarian kaum gipsi di Andalusia, Spanyol bagian Selatan. Tarian yang diciptakan
pada abad XV ini merupakan perpaduan musik hiburan dan rohani timur (Asia),
yang bercampur dengan kebudayaan lokal (tarian dan nyanyian). Kebudayaan lokal
di Andalusia sendiri sudah sangat beragam karena di tempat itu tinggal orang
Spanyol, Yahudi, Arab, dan Afrika. Ada 3 unsur penting dari Flamenco, yaitu El
Cante (lagu), I Baile (tarian), dan La Guitarra (permainan gitar). Walaupun
pada awal perkembangannya Flamenco diiringi oleh biola, ketiga unsur ini
menjadi kesatuan nyata pada zaman keemasannya di era Cafes Cantantes (musik
kafe di pinggir jalan 1869-1910). Pada masa itu para penari melakukan
pertunjukan setiap hari dan bersaing untuk mendapatkan tepuk tangan terbanyak.
Kemudian
terjadi evolusi teknik menari. Gerakan utama penari pria adalah gerakan kaki
dan para penari wanita menggunakan Bata de Cola (gaun panjang dengan deretan
renda bertumpuk). Terkadang penari wanita juga ada yang berdandan dengan
bailqore. Para penari pun memiliki julukan tersendiri yang menandakan
kekhasannya masing-masing. Beberapa penari terbesar adalah Antonia Merce “LA
Agentina” dan Ercanacion Lopez “LA agentinita”. Walaupun pada 1915 Manuel de
Falla membuat “El Amor Brujo” yang merupakan cikal bakal balet Flamenco, LA
Argentina lah yang menyempurnakan dan membuat versi El Amor Brujo-nya menjadi
balet Flamenco yang pertama pada tahun 1935. Sedangkan LA Argentinita
meciptakan pertunjukan Flamenco dengan dekorasi cerita rakyat “El Café de
Chinilas”. LA Argentina bersama Antonio “El de Bilbao” dan Falco merupakan
penari yang membawa Flamenco ke benua Amerika, ketika mereka melakukan tour
pada 1916. Mulai masa inilah (1910-1955), nyanyian Flamenco disebut Opera Flamenco,musik-musik
ringan seperti Fandagos dan musik yang dipengaruhi oleh budaya Amerika Selatan
seperti Cantes de Idey Vuelta.
Kini
Flamenco modern menyuguhkan berbagai jenis musik seperti jazz, salsa, bass nova
dan lain-lain. Para bailaera lebih sering menampilkan perasaan mereka dari pada
nilai artistik gitar Flamenco pun telah dianggap sebagai jenis pertunjukan seni
sendiri.
HUMOR
Orang Jawa dan Orang Medan
By : Wenny Dian Afianti8e
Suatu
pagi di sebuah warung kecil, ada seseorang yang berniat membeli dawet hitam.
Penjual dawet hitam itu adalah orang Jawa, sedangkan pembelinya orang Medan.
Pembeli
: “Bu, saya beli dawetnya satu…”
Penjual : “Ngapunten,
dawete telas…”
Pembeli : “Iya, pake gelas…”
Penjual : “Dawete sampun telas, ngapunten…”
Pembeli : “Nggak pake santen juga nggak apa-apa…”
Penjual : “Walah, njenengan saliwang…!”
Pembeli : “Hah? Dawetnya masuk gawang…?”
Penjual : “Huh, dasar wong edan…!”
Pembeli : “Lho? Kok tau kalo saya orang Medan…?”
Penjual : “Dasar wong gemblung….!”
Pembeli : “Kok tau kalo saya suka main
angklung….?”
SKETSA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar